Peninggalan Budaya Kesultanan Kutai Kartanegara
KETOMPONG
Ketopong Sultan Kutai Kartanegara
Ketopong
atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara terbuat dari emas yang dihiasi
dengan batu-batu permata. Bentuk mahkota brunjungan dan bagian muka
berbentuk meru bertingkat, dihiasi dengan motif ikal atau spiral yang
dikombinasikan dengan motif sulur. Hiasan belakang berupa garuda mungkur
berhiaskan ukiran motif bunga, kijang dan burung.
Ketopong Sultan Kutai Kartanegara
Ketopong
dari emas ini telah mulai digunakan semenjak Sultan Aji Muhammad
Sulaiman bertahta ( 1845 - 1899 ). Diperkirakan mahkota ini dibuat pada
pertengahan abad ke-19 oleh pandai emas dari kerajaan Kutai sendiri.
Seperti yang dijelaskan oleh Carl Bock dalam bukunya The Head-Hunters of
Borneo (1881) bahwa Sultan Sulaiman memiliki 6 hingga 8 pandai emas
yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang emas dan perak bagi
Sultan.

Detail
Ketopong Sultan KutaiDi Museum Mulawarman Tenggarong hanya dapat
dilihat duplikat dari Ketopong ini. Mahkota asli yang beratnya hampir 2
kg tersebut berada di Museum Nasional Jakarta. Pada saat penobatan
Sultan H.A.M. Salehuddin II sebagai Sultan Kutai Kartanegara pada
tanggal 22 September 2001, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
meminjam ketopong ini untuk prosesi penobatan sang Sultan.
PEDANG KESULTANAN KUTAI KARTANEGARAPedang Sultan Kutai

Pedang
Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir
seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung
pedang dihiasi dengan seekor buaya.
KALUNG CIWAKalung
yang terbuat dari emas ini diketemukan oleh penduduk di sekitar Danau
Lipan, Kecamatan Muara Kaman pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad
Sulaiman (1850-1899). Oleh penduduk kalung ini diserahkan kepada Sultan,
yang kemudian dijadikan perhiasan kerajaan dan digunakan Sultan pada
waktu diadakan pesta adat Erau dalam rangka ulang tahun penobatan Sultan
sebagai Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
KALUNG UNCAL
Kalung
Uncal yang merupakan atribut dari Kerajaan Kutai Martadipura
(Mulawarman) ini digunakan oleh Sultan Kutai Kartanegara setelah
Kerajaan Kutai Martadipura berhasil ditaklukkan dan dipersatukan dengan
Kerajaan Kutai Kartanegara. Terbuat dari emas 18 karat dengan berat 170
gram. Kalung ini dihiasi dengan relief cerita Ramayana.
Menurut
sejarah, kalung Uncal tersebut kemungkinan berasal dari India. Dalam
bahasa India kalung ini disebut Unchele dan di dunia ini hanya terdapat 2
buah atau satu pasang, yakni sebuah untuk pria dan sebuahnya lagi untuk
wanita.
Kalung Uncal yang saat ini ada di India hanya sebuah saja.
Menurut keterangan salah seorang duta India yang berkunjung ke
Tenggarong pada tahun 1954, kalung Uncal yang ada di Kutai ini sama
bentuk, rupa dan ukurannya dengan kalung Unchele yang ada di India.
Sehingga, ada kemungkinan bahwa Raja Mulawarman Nala Dewa merupakan
salah seorang keturunan dari Raja-Raja India di masa silam dan membawa
kalung Uncal tersebut ke daerah Kutai ini.
KURA-KURA MASMenurut
riwayat, datanglah ke pusat Kerajaan Mulawarman beberapa rombongan
perahu dari negeri Cina yang dipimpin oleh seorang Pangeran yang ingin
meminang salah seorang Putri Raja yang bernama Aji Bidara Putih. Setelah
lamaran diterima, sang Pangeran mengantarkan barang-barang pertanda
kesungguhannya untuk memperistri sang putri berupa perhiasan dari emas
dan intan, termasuk diantaranya adalah Kura-Kura Mas tersebut.
TALI JUWITATali
juwita adalah simbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7 buah muara
sungai dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang
Pahu). Tali Juwita ini terbuat dari benang yang banyaknya 3x7 helai,
kemudian dikuningi dengan kunyit untuk dipakai dalam upacara adat
Bepelas.
KERIS BUKIT KANGKeris
ini adalah tusuk konde dari Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja
Kutai Kartanegara yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Menurut legenda Kutai, bayi perempuan yang kemudian diberi nama Aji
Putri Karang Melenu ini ditemukan dalam sebuah gong bersama-sama dengan
Keris Bukit Kang dan sebuah telur ayam. Gong ini terletak pada sebuah
balai dari bambu kuning. Balai tersebut terletak diatas tanduk seekor
binatang aneh yang disebut Lembu Swana yang muncul di perairan Kutai
Lama.
KELAMBU KUNINGBerbagai benda yang menurut kepercayaan mengandung magis ditempatkan dalam kelambu kuning, yakni:
a. Kelengkang Besi
Pada
suatu hari ketika hujan panas, petinggi yang tinggal di sungai
Bengkalang (Kecamatan Long Iram) yang bernama Sangkareak mendengar suara
tangisan bayi. Setelah dicari akhirnya ditemukannya seorang bayi berada
dalam suatu wadah yang disebut kelengkang besi.
b. Tajau (Guci/Molo)
Tajau
atau tempayan ini dipergunakan untuk mengambil air ketika hendak
memandikan Aji Batara Agung Dewa Sakti untuk pertama kalinya.
c. Gong Raden Galuh
Tempat Aji Putri Karang Melenu bersama Keris Bukit Kang diketemukan. Gong besar ini disebut juga Gong Maharaja Pati.
d. Gong Bende (Canang Ponograh)
Gong kecil ini dipukul bilamana ada sesuatu yang akan diumumkan kepada khalayak.
e. Arca Singa Noleh
Konon,
arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup yang sedang
memakan beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita
tersebut marah dan binatang tersebut jatuh, terus menjadi batu bercampur
porselein seperti keadaannya sekarang.
f. Keliau Aji Siti Berawan
Keliau
atau perisai ini adalah yang selalu dipakai oleh Aji Siti Berawan,
keluarga dari dari Sultan Kutai Kartanegara. Aji Siti Berawan disebut
pahlawan wanita karena selalu mempertahankan kerajaan dari serangan
musuh. Mandau yang dipakainya dinamakan Mandau Piatu.
g. Sangkoh Piatu
Sangkoh (lembing) ini dipakai pada waktu Erau dan dikaitkan pada tali Juwita dan kain Cinde.
h. Sangkoh Buntut Yupa
Lembing
ini penjelmaan dari seekor ular yang diketemukan di ujung pulau Yupa
oleh seorang penduduk kampung sekitar pulau tersebut.
SINGGASANA SULTANSetinggil
/ Singgasana yang dipakai Sultan Aji Muhammad Sulaiman maupun yang
dipakai Sultan Aji Muhammad Parikesit, berikut payung, umbul-umbul, dan
geta (peraduan pengantin Kutai Keraton).
MERIAM SAPU JAGAT DAN MERIAM GENTAR BUMIKedua
meriam yang dianggap memiliki kekuatan daya sakti ini digunakan Aji
Pangeran Sinum Panji Mendapa untuk menundukkan Kerajaan Kutai
Martadipura di Muara Kaman.
MERIAM AJI GENTONGMeriam
buatan VOC ini awalnya ditempatkan di daerah muara sungai Mahakam,
tepatnya di Terantang (Kecamatan Anggana), untuk berjaga-jaga dan
menghadapi musuh yang datang melalui selat Makassar.
MERIAM SRI GUNUNGMeriam
Sri Gunung inilah yang dipakai Awang Long gelar Pangeran Senopati untuk
menembak armada kapal Inggris dan Belanda yang menyerang Tenggarong
pada tahun 1844.
TOMBAK KERAJAAN MOJOPAHITTombak-tombak
tua dari Kerajaan Majapahit yang tersimpan di Museum Mulawarman
membuktikan adanya hubungan sejarah antara Kerajaan Kutai Kartanegara
dengan Kerajaan Majapahit.
KERAMIK KUNO TIONGKOKRatusan
koleksi keramik kuno dari berbagai dinasti di Cina yang tersimpan di
ruang bawah tanah Museum Mulawarman membuktikan telah adanya perdagangan
yang ramai antara daerah Kutai dengan daratan Cina di masa lampau.
GAMELAN GAJAH PRAWOTOSeperangkat
gamelan yang terdapat di Museum Mulawarman berasal dari pulau Jawa,
begitu pula topeng-topeng, beberapa keris, pangkon, barang-barang perak
maupun kuningan, serta wayang kulit membuktikan adanya hubungan yang
erat antara Kerajaan Kutai Kartanegara dengan kerajaan-kerajaan yang ada
di Jawa semenjak jayanya Majapahit.